ANAK TIKUS
Kemana
langkah akan membawaku? Tidak tahu. Menapaki krikil-krikil kecil di jalanan
beraspal. Matahari telah jauh tenggelam. Langgitpun mulai memeluk dalam
kegelapan.
Tak
mungkin melangkahkan kaki ke neraka. Aku ingin ke syurga. Namun, tak tahu
arahnya. Tersesat dalam ketidaktahuan. Sendiri menelusuri lorong-lorong waktu.
Semilir
angin merasuk dalam jiwa, membawa diriku terbang. Suara keheningan menyapa,
seolah membisikkan kata di telinga.
“Berjalanlah ketepian barat, akan kau
temui syurgamu”
Berjalan
ke barat, mencari-cari syurga. Namun, tidak aku temukan. Terus berjalan dan
berjalan mengikuti langkah kaki. Kemana aku
harus pulang? Adakah rumah yang akan membukakan pintu untukku pulang?
Malam
yang begitu damai, tenang, tak banyak pandanganan penuh kekejian. Berjalan
ditepian malam yang begitu bersahabat tanpa ada riuh-riuh kehancuran. Tikus-tikus
itu telah pulas dalam mimpi menggenggam dunia dengan kelicikkannya.
Lihatlah
alam ini, bumi yang aku pijak, masih berbaik hati memberi kedamaian pada
seorang anak tikus sepertiku.
Jika
bisa, ingin aku buang seluruh isi perutku. Jika tahu dari dulu mana mungkin aku
sudi makan satu meja dengannya.
Seorang
sukarelawan yang selalu senang akan kedamaian ditengah-tengah masyarakat
terpencil. Merangkul mereka yang terhimpit. Menggenggam mereka memperjuangkan keadilan.
Menerangi mereka dari kegelapan ilmu. Memupuk mereka berbangsa dan bernegara
yang bersih. Menerapkan moral dan pengetahuan agar suatu saat mereka bisa
menggenggam dunia dengan kecerdasannya. Bukan dengan kelicikannya.
Namun,
adilkah aku yang menerapkan nilai-nilai kebaikkah, mengajarkan sejarah dan
bagaimana mencipta sejarah untuk kesatuan. Sedangkan disisi lain,
bertahuan-tahun aku hidup dengan seorang yang telah mencuri kedamaian dan
mencipta kehancuran.
Apalah
arti pemberianku, jika pada nyatanya apa yang aku berikan adalah hak mereka
yang Ayah curi. Lalu aku kucurkan kembali pada mereka seolah akulah pahlawan.
*****
Di
barat telah aku temukan syurga. Wanita yang telah hilang tertendang dari
kejinya dunia. Langkah kami bertemu, haru tidak bisa terhindarkan. Ialah syurga
yang dicari. Ibu yang telah lebih dulu meninggalkan neraka.
Note: Pernah dimuat dalam flash
fiction 300 kata. Bersama Mazaya Publishing House 30 Juni 2016.
Komentar
Posting Komentar