Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Tidak Ada Testimoni Sebelum Mahar

Gambar
“Berpura-pura sungguhlah lelah. Seperti manusia bertopeng. Aku munafik. Berbohong pada semua orang, juga membohongi diri sendiri. Ingin menyerah saja, hidup tak ada artinya lagi.” Begitu kalimat yang masih aku dengar hingga kini. Mbak Sean teman satu mess selama enam bulan terakhir. Aku selalu menjadi pendengar yang baik bagi siapa pun itu. Namun, kalimat Mbak Sean malam itu buntu, Mbak Sean tak melanjutkan ceritanya, hanya berakhir dengan kata lelah dan menyerah. Lalu berbaring dan tidur di kasur sebelah. Akhir-akhir ini kulihat Mbak Sean seolah kehilangan harapan, sering kali melamun, bahkan tak jarang ia menangis tersedu-sedu seusai shalat Isya di mess. Apa yang membuatnya menangis? Aku tidak tahu. Keesokan hari tepat di jam yang sama pukul 20.00 WIB kami memutuskan untuk mencari makan di luar, menikmati indahnya kota hujan. Setibanya di salah satu resto yang tak begitu jauh dari mess, Kami memilih duduk dilantai atas yang disambut pemandangan indahnya kota huj

Beautiful Wrinkles

“Aku udah di station, buruan jemput yah” “Okeh kita kesana” Pesan singkat itupun berakhir. ***** Kini, Anjar, Dhea dan Ricko sedang dalam perjalanan menjemput Laras di station, seharusnya Laras telah bersama Anjar juga sahabatnya yang lain disini, namun karena pada saat keberangkatan ada keperluan yang tidak bisa Laras tinggalkan, maka terpaksa Laras harus menyusul sendiri rombongannya. Jam 17.00 Anjar dan kedua sahabatnya belum juga terlihat menemui Laras, sangat terlihat wajah gelisah Laras yang dari tadi memandangi arah gerbang station berharap mereka yang di tunggu telah datang, sesekali mengalihkan pandangannya pada jam tangan coklat muda pemberian dari Anjar, namun hingga sore hari begini ketiganya belum juga tiba. “Aduh mereka kemana sih, sudah coba di hubungin juga kenapa malah jadi gak aktif, Dhea juga sama gak aktif, Ricko apalagi dari kemarin susah banget di hubungi,” gerutu Laras tanpa menghiraukan sekitarnya yang masih terlihat banyak yang berlalu

Aku Tidak Menjual Kehormatanku

Gambar
Haruskah mengalah pada uang? Iya aku kalah dengan selembaran merah itu. Aku lelah, cape, bosan, jenuh, kehidupan sangat tidak adil bagiku. Aku gadis baik, pintar, cantik, kuat dan sabar. Bukan aku yang bilang, tapi mereka, mereka yang katakan itu. Apa benar yang mereka katakan padaku? Aku cantik? Baik? Pintar? Strong women ? Sabar? Tidak aku tidak seperti itu, aku tidak sebaik yang mereka pikir. Aku bukan wanita yang di dambakan setiap laki-laki, aku tidak seperti itu. Aku tidak sebaik itu. Tapi akupun tidak seburuk mereka yang men- judge diriku. Diam-diam aku menyerah. Aku kalah. Aku lelah dengan kehidupan. Aku ingin pergi dari semua yang mengekangku dan harus selalu mengagungkan kesabaran. Bertahun-tahun bertahan, bertahan dalam jerit dan tangis, dalam bungkam yang tak mampu kusuarakan, dalam bulir air mata yang aku telan sendiri. Di bawah kegelapan yang sama sekali tidak bertepi. Aku menyerah! Aku kalah! ^^^^^ Aku Sean, gadis biasa yang terlahir dari keluarga se