Tidak Ada Testimoni Sebelum Mahar
“Berpura-pura sungguhlah lelah. Seperti manusia bertopeng. Aku munafik. Berbohong pada semua orang, juga membohongi diri sendiri. Ingin menyerah saja, hidup tak ada artinya lagi.” Begitu kalimat yang masih aku dengar hingga kini. Mbak Sean teman satu mess selama enam bulan terakhir. Aku selalu menjadi pendengar yang baik bagi siapa pun itu. Namun, kalimat Mbak Sean malam itu buntu, Mbak Sean tak melanjutkan ceritanya, hanya berakhir dengan kata lelah dan menyerah. Lalu berbaring dan tidur di kasur sebelah. Akhir-akhir ini kulihat Mbak Sean seolah kehilangan harapan, sering kali melamun, bahkan tak jarang ia menangis tersedu-sedu seusai shalat Isya di mess. Apa yang membuatnya menangis? Aku tidak tahu. Keesokan hari tepat di jam yang sama pukul 20.00 WIB kami memutuskan untuk mencari makan di luar, menikmati indahnya kota hujan. Setibanya di salah satu resto yang tak begitu jauh dari mess, Kami memilih duduk dilantai atas yang disambut pemandangan indahnya kota huj