Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Apa yang Membuat Berbeda?

Gambar
Jika aku terlahir tanpa adanya pengakuan seorang Ayah, lantas Ibu yang melahirkanku teranggap gila, apa itu salahku? Apa itu dosaku? Apa harus aku yang menanggung akibat dari semua sebab yang belum bisa dimengerti ini? Hey! Aku bocah biasa sama seperti kalian. Ingin bermain, bercengkrama dan memiliki banyak teman. Siapa yang mau hidupnya terisolasi bahkan di usia yang teramat kecil seperti diriku? Aku terlahir ke dunia ini, bukan inginku bahkan mungkin juga bukan keinginan dari Ibu dan Ayahku. Tidak apa. Tidak mengapa. Tapi ketahuilah aku terlahir ke dunia ini karena Tuhan yang menginginkannya dan Tuhan memiliki alasan atas keberadaanku. Awalnya aku tidak mengerti maksud dari perkataan kalian, bahkan kalian pun tidak paham dengan kata yang terlontar dari mulut kalian. Ya ... kita sama-sama tidak mengerti akan beribu kata yang kalian tujukan pada aku dan Ibu. Ibu kamu gila! Kalimat itu. Kalimat itu yang pertama kali terdengar saat mencoba berbaur dengan kaki-kaki

Mengapa Harus Minta Maaf?

Gambar
Kita sering mendengar istilah  “Sayangnya aku tidak terlalu lemah untuk minta maaf” . Pertanyaannya, apakah permintaan maaf menandakan seorang yang lemah? Ketika lidah terasa kaku dan sulit untuk sekadar mengucapkan kata maaf, bisa jadi kita sedang berproses menjadi seorang yang sombong. Saat kita menyadari ada ucapan yang mungkin menyinggung perasaan orang lain. Saat sikap kita mungkin telah menyakiti hati orang lain. Dan bahkan hati membenarkan kita telah menyinggung atau menyakiti. Tapi kenapa, adakala sangat sulit berujar maaf? Gengsi, kah? Sombong, kah? Atau mungkin ada yang tidak beres dengan cara berfikir kita. Hanya diri sendiri yang tahu jawabannya. Dalam hidup begitu banyak karakter yang kita temui. Diantara banyak karakter tersebut, sesekali kita menemukan orang yang angkuh sekadar berujar maaf. Angkuh? Mungkin juga tidak. Mungkin dia ingin membahagiakan dirinya dengan tidak dipusingkan oleh urusan yang dianggapnya sepele. Ini tidak salah. Dia hanya ingin mencar

ANAK TIKUS

Gambar
Kemana langkah akan membawaku? Tidak tahu. Menapaki krikil-krikil kecil di jalanan beraspal. Matahari telah jauh tenggelam. Langgitpun mulai memeluk dalam kegelapan. Tak mungkin melangkahkan kaki ke neraka. Aku ingin ke syurga. Namun, tak tahu arahnya. Tersesat dalam ketidaktahuan. Sendiri menelusuri lorong-lorong waktu. Semilir angin merasuk dalam jiwa, membawa diriku terbang. Suara keheningan menyapa, seolah membisikkan kata di telinga. “Berjalanlah ketepian barat, akan kau temui syurgamu” Berjalan ke barat, mencari-cari syurga. Namun, tidak aku temukan. Terus berjalan dan berjalan mengikuti langkah kaki. Kemana aku  harus pulang? Adakah rumah yang akan membukakan pintu untukku pulang? Malam yang begitu damai, tenang, tak banyak pandanganan penuh kekejian. Berjalan ditepian malam yang begitu bersahabat tanpa ada riuh-riuh kehancuran. Tikus-tikus itu telah pulas dalam mimpi menggenggam dunia dengan kelicikkannya. Lihatlah alam ini, bumi yang aku pijak, masih